Berdasarkan Renstra (Rencana Strategis) Kemenkes RI Tahun 2015-2019 permasalahan kesehatan jiwa sangat besar dan menimbulkan beban kesehatan yang sangat signifikan. Data dari Riskesdas Tahun 2013, untuk gangguan jiwa berat seperti gangguan psikosis, prevalensinya adalah 1,7 per 1000 penduduk. Ini berarti lebih dari 400.000 orang menderita gangguan jiwa berat (psikosis). Angka pemasungan pada orang dengan gangguan jiwa berat sebesar 14,3 % atau sekitar 57.000 kasus gangguan jiwa yang mengalami pemasungan. Prioritas untuk kesehatan jiwa adalah mengembangkan Upaya Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat ( UKJBM ), yang ujung tombaknya adalah Puskesmas dan bekerja Bersama masyarakat, mencegah meningkatnya gangguan jiwa masyarakat.
Masalah kesehatan jiwa terutama gangguan jiwa secara tidak langsung dapat menurunkan produktivitas, apalagi jika onset gangguan jiwa dimulai pada usia produktif. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka perlu pelayanan kesehatan jiwa yang komprehensif, holistic, dan paripurna. Kegiatan dapat dilakukan dengan menggerakkan dan memberdayakan seluruh potensi yang ada dimasyarakat, baik warga masyarakat sendiri, tokoh masyarakat, dan profesi kesehatan.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan kepada masyarakat harus memiliki tenaga yang handal agar promosi, prevensi, kurasi dan rehabilitasi terhadap masyarakat yang menderita sakit, beresiko sakit, maupun masyarakat yang sehat dapat dilakukan secara menyeluruh, termasuk didalamnya adalah pelayanan kesehatan jiwa.
Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan dan masih banyak ditemukan di masyarakat demikian juga di Desa Antutan, sampai saat ini ditemukan 6 pasien gangguan jiwa berat.
Sehingga diperlukan upaya kita bersama guna OPTIMALISASI MONITORING PENGOBATAN PASIEN KESEHATAN JIWA DENGAN MENGGUNAKAN BUKU MONITORING untuk wilayah kerja PUSKESMAS ANTUTAN.
